Friday 2 December 2011

PENALARAN DALAM BAHASA

1. Berfikir atau Bernalar sebagai Proses Berbahasa

Berbahasa identik dengan berpikir. Penalaran adalah proses berpikir yang sistemis untuk memperoleh kesimpulan/pengetahuan yang dapat bersifat ilmiah dan tidak ilmiah. Bernalar mengarah pada berpikir benar, lepas dari berbagai prasangka emosi dan keyakinan seseorang, karena penalaran bersifat obyektif, tegas, dan berani, suatu sikap yang dibutuhkan dalam segala kondisi,

Fakta adalah kenyataan yang dapat diukur dan dikenali, dari faktalah ditarik sebuah kesimpulan. Dengan mengamati fakta, kita dapat menghitung, mengukur, mengklasifikasi dan menghubung-hubungkan. Jadi, dasar berfikir adalah klasifikasi.

2. Klasifikasi

Klasifikasi adalah pengelompokan benda/fakta yang sama dan memisahkan dari yang berbeda menurut spesiesnya.

1) Guna klasifikasi

Klasifikasi menempatkan fakta pada suatu hubungan logis untuk menggambarkan yang jelas tentang fakta. Dengan demikian klasifikasi berguna untuk memahami fakta yang diperlukan sebagai dasar penalaran.

2) Proses klasifikasi

Membuat klasifikasi mengenai sejumlah benda/fakta berarti memasukkan atau menempatkan benda-benda/fakta-fakta ke dalam suatu hubungan logis berdasarkan suatu sistem.

Terdapat dua jenis klasifikasi, yaitu klasifikasi kompleks, yang anggota faktanya banyak dan klasifikasi dikotomis, yang anggota faktanya berlawanan. Klasifikasi akan berhenti atau tidak dapat diteruskan lagi, jika sudah sampai kepada individu yang tidak merupakan spesies/jenis.

Suatu kelas terbentuk berdasarkan ciri-ciri tertentu yang merupakan kriterianya. Dengan kata lain, setiap anggota kelas harus memiliki semua ciri tersebut sehingga dapat dibedakan dari anggota kelas lainnya. Klasifikasi berbeda dengan pembagian, pembagian lebih bersifat kuantitatif, tanpa suatu kriteria.

3) Persyaratan Klasifikasi

§ Prinsipnya jelas: Prinsip merupakan dasar patokan untuk membuat klasifikasi, berupa cirri yang menonjol yang dapat mencakup semua fakta/gejala/ benda yang diklasifikasi.

§ Logis dan Konsisten: Artinya, prinsip-prinsip itu harus diterapkan secara menyeluruh kepada kelas bawahannya.

§ Lengkap dan Menyeluruh: Artinya, dasar pengelompokan yang dipergunakan harus dikenakan kepada semua anggota kelompok tanpa kecuali. Untuk menentukan prinsip/dasar klasifikasi sangat bergantung pada maksud dan tujuan klasifikasi.

3. Proposisi

Kalimat yang menghubungan fakta-fakta dalam proses penalaran diungkapkan dalam bentuk kalimat pernyataan atau kalimat berita disebut kalimat proposisi.

Sifat dapat bernilai benar atau salah, itu berarti bahwa proposisi selalu merupakan kalimat pernyataan atau berita; sebab kalimat tanya, kalimat perintah, kalimat harapan tidak dapat bernilai benar atau salah. Dalam penalaran, proposisi disebut juga premis.

1) Implikasi

Implikasi ialah ucapan/pernyataan tentang fakta, tanpa mempertimbangkan pendapat-pendapat tentang fakta tersebut. Untuk menguji kebenaran ucapan faktual ini perlu diadakan pengujian terhadap fakta sebagai sesuatu yang benar-benar ada dan terjadi secara nyata dan dapat diukur.

2) Inferensi

Inteferensi ialah pendapat atau kesimpulan yang merupakan hasil kesimpulan. Untuk membuktikan kebenaran sebuah kesimpulan perlu diuji fakta yang menjadi dasar penyusun kesimpulan dan proses pembentukan kesimpulan tersebut.

4. Penalaran

Penalaran dapat dibedakan dengan cara induktif dan deduktif. Penalaran induktif ialah proses berpikir yang bertolak dari satu atau sejumlah fenomena/gejala individual untuk menurunkan suatu kesimulan yang umum.

Penalaran deduktif adalah proses berpikir yang bertolak dari, prinsip , hukum, putusan yang berlaku umum untuk suatu hal/gejala. Atas prinsip umum tersebut ditarik kesimpulan tentang sesuatu yang khusus yang merupakan bagian hal/gejala umum.

1) Generalisasi

Generalisasi ialah proses berfikir berdasarkan pengamatan atas sejumlah gejala dengan sifat-sifat tertentu untuk menarik kesimpulan umum mengenai semua atau sebagian dari gejala serupa. Untuk membuat generalisasi harus memenuhi:

§ Cukup Memadai

Artinya gejala-gejala khusus/sampel yang diamati sebagai dasar penarikan kesimpulan mencukupi jumlahnya.

§ Cukup Mewakili

Artinya sampel meliputi seluruh atau sebagian yang dikenai generalisasi atau sampelnya mewakili populasi, misalnya di suatu fakultas yang terdiri dari tiga program studi, terdapat 16 kelas yang terdiri dari tingkat 1,2,3,4.

§ Kekecualian

Jika kesimpulan umum terlalu banyak kekecualian, maka tidak dapat diambil generalisasi. Dalam hal ini, hindari kata-kata setiap semua; gunakan kata cenderung, pada umumnya, rata-rata, pada umumnya, pada mayoritas yang diteliti, dan sebagainya.

2) Analogi

Analogi induktif ialah proses berpikir untuk menarik kesimpulan/interferensi tentang suatu kebenaran suatu gejala khususlain yang memiliki sifat-sifat/ciri-ciri esensial penting yang bersamaan .

Selain analogi induktif, dalam tulis-menulis dikenal juga analogi deklaratif, yaitu teknik menjelaskan dalam tulisan dengan mendahulukan hal yang telah diketahui sebelum memperkenalkan hal yang baru, yang mempunyai kesamaan dengan hal di atas.

3) Sebab-akibat

Prinsip umum hubungan sebab-akibat menyatakan bahwa semua peristiwa harus ada penyebabnya. Terdapat tiga pola hubungan sebab akibat:

a. Penalaran dari sebab ke akibat; dimulai dengan pengamatan terhadap suatu sebab yang diketahui, mungkin untuk menarik kesinpulan mengenai akibat yang mungkin ditimbulkan.

b. Penalaran dari akibat ke sebab; dimulai dari suatu akibat yang diketahui, kemudian dipikirkan apa yang mungkin menjadi penyebabnya. Penalaran ini bersifat expost facto (hal yang sudah expost facto (hal yang sudah terjadi), misalnya menentukan penyebab kematian, kecelakaan, proses peradilan,dan cerita detektif,

c. Penalaran dari akibat ke akibat; berpangkal dari suatu akibat dan langsung dipikirkan akibat lain tanpa memikirkan sebab umum yang menimbulkan kedua akibat itu.

Untuk mendapatkan kesimpulan sebab-akibat yang benar, perlu diperhatikan hal-hal berikut.

§ Tidak adakah sesuatu yang dapat mencegah timbulnya gejala yang diakibatkan oleh sesuatu penyebab yang diamati? Dalam penalaran sebab-akibat, harus diyakini bahwa garis penalaran, langsung tidak diputus oleh faktor-faktor eksternal.

§ Tidak adakah factor lain yang menyebabkan terjadinya akibat? Dalam penalaran akibat ke sebab, sering dilupakan penyebab lain yang berperan menimbulkan sebab.

§ Adakah penyebab umum yang menimbulkan akibat-akibat. Apakah penyebab itu adalah satu-satunya yang menimbulkan kedua akibat tersebut.

Penalaran deduktif bergerak dari suatu yang bersifat umum kepada yang khusus.

1) Silogisme

Silogisme adalah cara berfikir formal, yang jarang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, kemungkinan kita hanya menemukan polanya saja. Sebuah silogisme terdiri dari atas tiga term (mayor, tengah, dan minor) dan tiga proposisi (premis mayor, premis minor, dan kesimpulan).

a. Penjelasan

§ Silogisme merupakan bentuk penalaran deduktif yang bersifat formal.

§ Proses penalaran dimulai dari premis mayor, melalui premis minor, sampai pada kesimpulan.

§ Strukturnya tetap; premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.

§ Premis mayor berisi pernyataan umum.

§ Premis mayor berisi pernyataan yang lebih khusus yang merupakan bagian premis mayor (term mayor).

b. Persyaratan Silogisme

§ Di dalam silogisme hanya mungkin ada tiga term.

§ Dari dua premis negatif, tidak dapat ditarik kesimpulan.

§ Term tengah tidak dapt ditarik kesimpulan.

§ Term-term yang mendukung proposisi harus jelas, tidak mengandung pengertian ganda/menimbulkan keraguan.

§ Partikular dan premis minor negatif tidak dapat ditarik kesimpulan.

2) Entinem

Entimem adalah silogisme yang salah satunya premisnya dihilangkan/ tidak diucapkan karena sudah sama-sama diketahui.

5. Kesalahan Bernalar

Dalam ucapan atau tulisan, sering kita jumpai pernyataan yang mengandung kesalahan. Kesalahan ini terjadi secara tidak sadar karena kondisi mental yang tertekan atau tidak menyenangkan, misalnya salah tulis atau salah ucap.

1) Kesalahan Informal

Kesalahan informal dikelompokkan dalam kesalahan relevansi karena premisnya tidak mempunyai hubungan dengan kesimpulan.

Argumentum ad Hominem

Kesalahan ditujukan kepada diri sendiri. Kesalahan ini karena kesimpulan tidak berdasarkan penalaran, tetapi berdsarkan kepentingan diri sendiri dengan mengemukakan alasan yang tidak logis.

Argumentum ad Baculum

Baculum artinya tongkat, artinya keputusan diterima atau ditolak karena adanya ancaman hukuman.

Argumentum ad Aditoritas

Artinya menerima pendapat bukan karena penalaran benar, tetapi pendapat itu dinyatakan oleh orang yang berkuasa.

Argumentum ad Papolum

Artinya argumentasi ditujukan kepada rakyat. Menggunakan cara ini demi kepentingan rakyat untuk maksud tertentu (propaganda).

Argumentum ad Misericordian

Artinya argumentasi untuk membangkitkan belas kasihan. Biasanya dikemukakan apabila seseorang ingin meminta maaf atas kesalahannya.

Kesalahan Non causa pro causa

Artinya mengemukakan suatu sebab yang sebenarnya bukan sebab.

Kesalahan Aksidental

Artinya kesalahan akibat penerapan prinsip umum terhadap keadaan yang bersifat aksidental atau kondisi kebetulan.

Petito Principii

Artinya kesalahan terjadi jika argumentasi yang diberikan telah tercantum dalam premisnya.

Keasalahan komposisi dan revisi

Artinya kesalahan kelompok terjadi jika kita menerapkan predikat individu kepada kelompok.

Kesalahan pada pertanyaan yang kompleks

Artinya pertanyaan kompleks sering ditemukan dalam kalimat kompleks, tetapi juga membutuhkan jawaban yang kompleks.

Non-Secuitur atau kesalahan konsekuen

Artinya pada proposisi kondisional terjadi pertukaran antara anteseden dan konsekuen.

Ignoratio Elenchi

Kesalahan karena tidak ada relevansi dalam isi argumentasi.

2) Kesalahan Formal

a. Kesalahan Induktif

§ Generalisasi terlalu luas, terjadi karena anggota sampel yang diamati kurang mencukupi dan memadai

§ Hubungan sebab-akibat yang tidak memadai: Dalam berbahasa sering dijumpai hubungan sebab-akibat yang tidak tepat karena akibat dihubungkan dengan penyebab berdasarkan kepercayaan atau penulis/pembaca sebagai penyebab utama.

§ Kesalahan Analogi: Dasar analogi yang dipakai tidak merupakan ciri esensi.

b. Kesalahan Deduktif

§ Kesalahan premis mayor tidak dibatasi

§ Kesalahan term keempat: dalam hal ini term tengah bukan merupakan bagian dari term mayor atau tidak ada hubungan antara kedua pernyataan,

§ Kesimpulan terlalu luas: terjadi jika kesimpulan lebih luas daripada premisnya. Premis mayor partikular dan kesimpulan universal.

§ Kesimpulan dari premis-premis negatif

No comments:

Post a Comment